Marilah temanku
Belum terlambat mencari dunia baru
Tekadku sudah bulat
Berlayar menuju matahari terbenam
...meski
Kini kita tak sekuat masa lalu
Bergerak antara bumi dan surga
Itulah kita
Sebuah hati yang teguh
Menjadi lemah oleh waktu dan takdir tapi keras kemauan
Untuk bertahan hidup, mencari, menemukan, dan tidak menyerah
Puisi ini menyentilku. Aku sudah berhenti. Behenti mencari. Aku merasa statis. Sementara hidup itu selalu dinamis. Padahal lautan itu luas dan dunia itu tak berpenghujung. Hanya napas yang akan berhenti, dan pada saat itu bumi tentunya akan tak lagi bisa digenggam.
Puisi ini menoyorku. Kemana aku selama ini? Apakah aku selalu termenung hingga tak bisa mengeram lajunya waktu? Aku seakan membiarkan sesuatu itu pergi dan taj bisa diraih lagi. Tapi itu hanya anggapan negatif saja. Duniaku tak berhenti di sini. Masih banyak yang mesti aku cari. Masih banyak yang mesti aku pelajari. Aku punya kemampuan untuk itu. Dan aku percaya aku mampu. Hanya butuh sebuah kepercayaan dan kebulatan tekad untuk menuju pembenaran.
Puisi ini menyadarkanku akan arti sebuah kerja keras. Kita dilahirkan untuk mencari. Dai pagi hingg petang, adalah tugas kita untuk menguasai matahari. Lelah itu akan terasa sempurna jika ada penemuan yang berarti. Napas ini juga tak akan sia-sia jika kita mampu memberikan kesegaran untuk sesuatu yang sudah lekang di dunia.
Dari puisi ini aku pun tahu bahwa lemah bukanlah alasan. Keluhan tak akan menjadi rintangan. Bintang akan selalu bersinar dengan kemilaunya. Kenapa kita tidak mampu memancarkan cahaya sendiri untuk mulai menerangi jalanan?
*mengutip puisi "Ulysses" karya Tennyson.
Belum terlambat mencari dunia baru
Tekadku sudah bulat
Berlayar menuju matahari terbenam
...meski
Kini kita tak sekuat masa lalu
Bergerak antara bumi dan surga
Itulah kita
Sebuah hati yang teguh
Menjadi lemah oleh waktu dan takdir tapi keras kemauan
Untuk bertahan hidup, mencari, menemukan, dan tidak menyerah
Puisi ini menyentilku. Aku sudah berhenti. Behenti mencari. Aku merasa statis. Sementara hidup itu selalu dinamis. Padahal lautan itu luas dan dunia itu tak berpenghujung. Hanya napas yang akan berhenti, dan pada saat itu bumi tentunya akan tak lagi bisa digenggam.
Puisi ini menoyorku. Kemana aku selama ini? Apakah aku selalu termenung hingga tak bisa mengeram lajunya waktu? Aku seakan membiarkan sesuatu itu pergi dan taj bisa diraih lagi. Tapi itu hanya anggapan negatif saja. Duniaku tak berhenti di sini. Masih banyak yang mesti aku cari. Masih banyak yang mesti aku pelajari. Aku punya kemampuan untuk itu. Dan aku percaya aku mampu. Hanya butuh sebuah kepercayaan dan kebulatan tekad untuk menuju pembenaran.
Puisi ini menyadarkanku akan arti sebuah kerja keras. Kita dilahirkan untuk mencari. Dai pagi hingg petang, adalah tugas kita untuk menguasai matahari. Lelah itu akan terasa sempurna jika ada penemuan yang berarti. Napas ini juga tak akan sia-sia jika kita mampu memberikan kesegaran untuk sesuatu yang sudah lekang di dunia.
Dari puisi ini aku pun tahu bahwa lemah bukanlah alasan. Keluhan tak akan menjadi rintangan. Bintang akan selalu bersinar dengan kemilaunya. Kenapa kita tidak mampu memancarkan cahaya sendiri untuk mulai menerangi jalanan?
*mengutip puisi "Ulysses" karya Tennyson.
posted from Bloggeroid