"Indahmu tak seindah pikirmu, cerahmu tak secerah matamu. Tapi kau tahu kau salah, mengapa kau membisu?"

Kamis, 05 Februari 2015

Istana Seperempat Abad

Tak Terasa langkah menapak semakin berat
Jalanan semakin kasar
Tapi kita belumlah mencapai gerbang itu
gerbang yang menandakan akhir sebuah perjuangan

Sang mentari tetap saja tak lelah menemani derap kaki
mengunjungi jejak demi jejak
dan bulan pun selalu turun sebagai penghibur hati,
pelipur lara dari panasnya surya.

Dengan mendengar irama alam, mengilas balik,
mencari penghidupan lama untuk dijadikan lentera,
kulik halaman dan halaman penuh goresan.
Lembar-lembar yang ringan tapi padat.
Goresan rapi satu lembaran yang telah menguning.
Penuh coretan tapi menyirat isian bermakna
Ada kisah menarik dari plot hidup ini.
Itulah kisah yang kita jalani di istana seperempat abad.

Akhirnya kita pun tau
Dalam istana ini
Musik alam dan irama kehidupan berpadu menjadi sonata
senandung kayanya pengharapan
tawa menjadi lukisan
senyum menjadi penenang
itulah yang kita tinggalkan di sana

Buka lembar baru
dengan tinta terbaik
Henyak selimut kebodohan masa lalu dan ketakutan masa depan
berlari dan terus bernyanyi dengan melodi penghidupan
dengan lantunan dari sang dedaunan
berikan sesuatu yang berarti untuk hidup ini
untuk perjuangan kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar