Lalu tibalah kamu di terminal Leuwipanjang, Bandung. Tujuan sebenarnya adalah Jatinangor, di mana Dharma, temanku yang lainnya, sudah menyiapkan penginapan untuk kami. Tapi tenyata Puti dapat tawaran untuk menginap di rumah teman sesama ikut tes yang sudah lebih dulu tiba di Bandung. Kami pun dilema memilih di mana kami akan bermalam. Setelah hampir 1 jam kami mendiskusikan, kami pun berpisah. Puti menghubungi saudaranya untuk dijemput dan aku pun terus berlanjut naik taksi ke Jatinangor. Meski sedikit berat melepas temanku begitu saja, yang niatnya keesokan harinya aku yang akan menemaninya ke Sari Asih, aku duduk menerawang di dalam taksi. Kami tetap keep contact.
Terlintas di benak, "Yasudah, tugasku menemani Puti. Daripada dia kebingungan di tengah kota yang tidak dia kenal, aku lebih baik mempercayakannya pada omnya. Sedangkan aku bisa bertemu temanku di Jatinangor yang juga lama tak bersua. Yap, sendiri tak masalah. AKu bisa menikmatinya." Oke, enjoy the holiday.
Dharma telah menunggu di Jatinangor rupanya. Suasana malam Nangor yang dingin mengingatkanku dengan kampung halaman. Bertemu teman lama nan jauh juga menyegarkan otakku kembali. Aku menginap di kost-an pacarnya, Karin. Baru berkenalan malam itu. Tapi dia baik sekali mau meminjamkanku kamarnya 1 malam untukku. Lelah pun berujung lelap. Berselimut dingin, aku pun pulas.
Keesokan harinya, aku yang belum punya rencana apa-apa, masih bingung mau ke mana. Dharma banyak menyarankan tempat yang bisa kukunjungi. Kami pun menunggu Andri, temanku yang berjanji akan menemani tripku di Bandung, seraya sarapan.
Andri baru bisa datang sekitar pukul 12 siang. Garing dan tidak tahu mau ke mana, kami cuma bersantai saja di kamar dharma yang terbuka ditemani hujan yang turun perlahan. Sejuta rencana di kepala tak ada yang terlaksana.
Kami mengobrol tentang banyak hal. Mulai dari acara televisi, kuliah, dunia kerja, persaingan media, isu politik, sampai ke pemberitaan jatuhnya satelit Rusia. Mungkin karena lama tak bertemu, kami bertiga bercengkerama sambil menertawakan hidup yang dijalani masing-masing. Seru juga.
Sepertinya kedatanganku ke Bandung dan Jatinangor tak begitu sia-sia. Tak jadi mengantar puti ke asrama, tak masalah. Cukup tergantikan dengan nongkrong dan membicarakan berbagai isu di sebuah kost-kost-an. Itu kesan yang berharga. Setidaknya aku tahu, mereka bisa menjadi tempat singgahku kala aku jenuh dengan Jakarta dan bersafari ke Jatinangor. Terima kasih teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar