"Indahmu tak seindah pikirmu, cerahmu tak secerah matamu. Tapi kau tahu kau salah, mengapa kau membisu?"

Kamis, 28 Oktober 2010

Akhir itu

Ada banyak kisah tertoreh saat kita menyadari bahwa akhir semakin dekat. Duduk bersama, jalan bersama, dan tertawa bersama. Selalu tersembur pernik kisah yang membuat tubuh bergetar menahan tawa. Menertawai kehidupan, menertawai kekonyolan, menertawai diri sendiri. Seorang atau sekelompok teman akan selalu hadir untuk menemani. Mereka tidak akan menertawakan, tetapi akan mengajak kita untuk tertawa bersama. Itu makna yang kuperoleh saat –saat menjelang akhir ini.
Beberapa bulan terakhir, waktu kuhabiskan bersama mereka, teman-temanku. Orang-orang yang selalu mengerti, orang-orang yang memiliki impian yang sama untuk beberapa bulan ke depan, dan sama-sama berjuang untuk itu. Saat-saat akhir ini terasa begitu berharga dan terasa sempurna bersama mereka.
Kekonyolan itu telah menjadi satu bersama kami. Berbagai cerita mengisi hari-hari, berbagai canda mengisi sore yang redup. Tak peduli akhir itu akan memisahkan kami. Yang kuketahui akhir itu akan kulalui bersama mereka. Akhir itu tidak akan terasa indah jika konyol tak jadi datang. Aku bersyukur menjelang akhir, ku bisa mengenal mereka. Mengenal konyol lebih dekat. Mengenakan pakaian siang dan sore secara bergantian. Membuatku tak bosan menghadapi kesulitan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar