Meminjam kata seorang teman, sahabat itu adalah masa kini dan masa depan. Lalu bagaimana dengan masa lalu? Sahabatlah yang akan menyimpan serpih-serpih masa lalu itu.
Lalu buat apa sahabat itu? Sahabat itu sengaja dikirimkan untukmu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tapi, apakah benar? Lalu mengapa orang-orang banyak tak mengerti dengan kehadiran sehabat itu? Yang pasti kulihat, kita semua mengahadapi banyak hal yang berbeda sesuai kadar diri masing-masing. Satu hal yang sama, bahwa dalam setiap masalah itu, ada keinginan untuk tertawa. Setiap orang punya hal berbeda yang dihadapi, tapi kita masih tetap memiliki rasa ingin tertawa yang sama. Hidup terlalu rumit untuk dimengerti, mengerutkan dahi, dan memeras otak untuk berpikir. Seperti kata Deddy Mizwar, “Negara ini sudah terlalu seram dan kejam, jadi lebih baik kita tertawakan saja kebodohan-kebodohan itu.” Alangkah lucunya negeri ini.
Begitu juga dengan sahabat. Sahabat menjadi tempat tertawa bersama, tempat berkeluh kesah, dan tempat untuk berdiam tanpa kata. Bersama sahabat, kita menertawakan kebodohan, kekonyolan, dan kekurangan. Bersama sahabat pula, tangisan itu ada. Dan akhirnya dengan sahabat pula kita diam seribu bahasa untuk menghadirkan jarak dan menjadikannya bermakna. Sejauh apa kita dapat menghargai seorang sahabat? Seberapa pentingkah itu? Kita berkelana dulu dalam larik-larik penuh makna yang pernah mengudara.
Salah satunya kutipan lagu Ipang, Sahabat Kecil.
/Melawan keterbatasan walau sedikit kemungkinan, takkan menyerah untuk hadapi, hingga sedih tak mau datang lagi, bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu, rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya, janganlah berganti, tetaplah seperti ini./
Petikan kata yang mengundang perenungan tentang hadirnya orang-orang terdekat. Senang bisa mengenal dirimu. Senang bisa mengenal kalian. Mengenalmu , maka aku mengenal diriku.
Lalu, ada pula petikan makna dari lagu Sherina, Kubahagia.
/Walau makan susah, walau hidup susah, walau tuk senyum pun susah, rasa syukur ini karena bersamamu juga susah dilupakan, oh kubahagia./
Seberat apa pun rintangan yang dihadapi, kita akan selalu bersyukur. Mungkin syukur itu tidak muncul sekarang, karena syukur itu akan muncul bersama hikmah. Bersyukur karena sahabat akan selalu ada.
Lalu, mari lihat kutipan Arti Sahabat dari Nidji.
/Kau masih berdiri, kita masih di sini, tunjukkan pada dunia arti sahabat. Kau teman sehati, kita teman sejati, hadapilah dunia, genggam tanganku. Kau adalah tempatku membagi kisahku. Kau sempurna, jadi bagian hidupku, apapun kekuranganmu./
Tangan sahabat sangat berharga, bahu sahabat pun ada untuk kita. Semua kekurangan ini akan tertutupi dengan adanya orang-orang terdekat. Semua akan menjadi sempurna dengan kehadiran mereka.
Lalu, intip sedikit lirik lagu Gigi, Sang Pemimpi.
/Raih tanganku jika kau ragu. Bila terjatuh ku kan menjaga. Kita telah berjanji bersama taklukan dunia ini. Menghadapi segala tantangan bersama , mengejar mimpi-mimpi. Bersyukurlah pada yang Maha Kuasa, hargailah orang-orang yang menyayangimu, yang selalu ada, setia di sisimu. Siapapun jangan kau pernah sakiti, dalam pencarian jati dirimu dan semua yang kau impikan./
Mengenal lebih banyak orang di luar sana, maka kita akan mengenal bagaimana caranya menghargai. Bukanlah pelajaran budi pekerti, agama, atau kewarganegaraan saat zaman sekolah dulu yang mengajarkan harga-menghargai. Cara menghargai itu akan didapat dari alam, dari manusia utusan Tuhan untuk menjadi orang terdekat kita. Sepantasnya kita menghargai orang-orang yang menyayangi kita meski tak secara wujud ada di sampingmu, karena proses jati diri itu dimulai dari diri dan lingkungan sekitar. Sahabat pun akan berperan untuk itu.
Lalu, seberapa pentingkah kau untukku? Sejauh musik yang mengalun, larik yang menyatu dalam bait, lagu yang menjadikannya indah? Jawabannya, selama itu masih mengetuk jiwa ini, maka kau, kamu, kalian, mereka akan selalu penting untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar