Sulung Siti Hanum
Setiap hari kita pasti bertemu dengan pagi. Pagi selalu menemani saat kita membuka mata. Dengan secercah harapan untuk hari ini, aku selalu berdoa pada pagi, semoga siang, sore, dan malam sama indahnya dengan pagi ini. Seperti apa pagi itu? Ada kisah menarik dari pagi.
Kokok ayam akan menjadi pertanda bahwa pagi ini telah datang. Matahari memang belum tampak, tapi udara segarnya, embun yang mencair di atas dedaunan, serta hewan-hewan pun telah gelisah menandakan pagi telah siap untuk menggantikan malam. Buat apa adanya pagi? Bagiku pagi memberi harapan. Setelah kepenatan hari kemarin, pagi memulai segalanya dari awal. Bismillah untuk pagi, segala doa dimulai di sini. Dalam Al Qur’an pun setelah usai sholat subuh kita dianjurkan untuk bertebaran di muka bumi. Tentu saja itu dimulai dari pagi. Udara pagi, kelembaban yang terkecap di lidah terasa dingin. Pagi membersihkan kotoran yang ditidurkan malam. Pagi dimulai, maka kehidupan pun diawali.
Aku yang terlelap pun akan terjaga saat udara menggelitik mata. Saat terjaga, mata dibuka, aku pun melihat dunia. Aku tau bahwa aku masih bernapas, jantungku masih berdegup seirama dengan denyut nadi di sekujur tubuhku. Banyak orang yang suka mengeluhkan pagi. Mengapa pagi datang terlalu cepat? Mengapa pagi selalu mengganggu tidur? Keluhan-keluhan itu diungkapkan dengan ekspresi kesal yang diwujudkan dengan menarik selimut hingga menutupi muka. Tapi tidak denganku. Aku mulai menyukai pagi. Karena pagi itu begitu tenang. Pagi itu begitu bersahabat. Pagi di setiap musim tak menjadi masalah untukku. Ada sesuatu di balik pagi. Aku tidak tau persis itu apa. Yang jelas saat ini aku senang dengan pagi, aku menyukainya seperti aku menyukai diriku sendiri. Pagi menemani kesendirianku. Pagi mampu mengungkap emosi-emosi dan perasaanku. Hingga aku pun tau, jika kita mengungkap emosi negatif sedari pagi, pagi takkan menghapus emosi itu sehingga kita tidak akan tenang satu hari ke depan. Namun, sebaliknya, energi positif yang kita bangun di pagi hari akan semakin kokoh saat siang menyerang, sore yang meredakan, hingga malam yang melelapkan. Akan selamanya seperti itu. Pagi membangun semuanya. Pagi tak hanya membangunkan mata dari tidur, tapi pagi juga membangunkan naga yang tertidur ddi dalam perut dan otak kita. Tergantung bagaimana kita mengisahkan pagi itu agar tetap menarik pada siang hari. Pagi memperlihatkan kebijaksanaannya padaku, bahwa hidup itu tak sekadar mengisahkan diri sendiri. Kita punya sesama. Aku mendengar kicau burung riuh rendah di samping rumah. Burung saja bisa menyapa pagi. Ayam-ayam pun sibuk berlarian di halaman, bebek-bebek siap berbaris teratur keluar dari kandangnya. Ada interaksi, komunikasi, dan sosialisasi yang terjadi. Tak ada gunanya kita memanjakan tidur yang hanya membuai mimpi. Kenapa kita tidak bangun lalu menyerap energi pagi untuk membangun pondasi untuk mimpi-mimpi kita? Aku tak mau lagi menyia-nyiakan pagi.
Ada sejuta harapan yang disimpan oleh pagi. Jangan mau rugi ditinggal pagi. Karena pagi yang manis tidak akan datang dua kali. Pagi memang datang setiap hari, tapi nilai rasanya akan berbeda. Jangan lewatkan setiap rasa yang ditawarkannya.
Menyapa pagi dengan kata.
8 Mei 2011
wuiiiii... makin luwes aja nih kata2nya hahaha :D slamat datang pagi, slamat datang hani ckckck
BalasHapusemang luwes ya? udah lama ga nulis. lagi menggerakkan otak kanan nih. makasi ya....selamat datang pagi. semangat pagi selalu dinanti hari :D
BalasHapus