"Indahmu tak seindah pikirmu, cerahmu tak secerah matamu. Tapi kau tahu kau salah, mengapa kau membisu?"

Senin, 16 Desember 2013

Swiss, Negeri dengan Sejuta Cokelat dan Keju

Swiss adalah negeri coklat... dan keju.

Swiss itu sangat dingin. Apalagi dengan bentangan pegunungan Alpen yang melingkupinya. Di saat winter seperti itu, paling enak makan coklat. Benar kata orang, coklat tu menghangatkan. COklat itu menstimulus otak untuk perasaan tenang. Itulah swiss. Negeri yang tidak terlalu hingar bingar karena warganya memakan coklat.


Aku tidak terlalu berlebihan bila menilai Swiss sebagai negeri yang senyap. Bukan berarti semua orang berbicara berbisik, atau tidak ada panggung konser yang memekakkan telinga. Tapi yang kulihat justru pertemanan dan perbincangan hanya dilakukan seperlunya. Mereka sepertinya tidak mengenal basa-basi. Jarang pula kulihat ada anak-anak muda yang cekikika sepulang sekolah atau seraya menunggu kereta.

Suatu hari aku berkesempatan berjalan-jalan ke pasar tradisional di Basel. Pasar itu terletak di depan gedung pemerintahan Basel. Sebut saja namanya Balai Kota. Jangan harap kamu akan mendapati pasar yang ramai, celoteh kencang pedagang, gosip para pembelanja, dan sebagainya. Pasar ini benar-benr jauh dari hiruk pikuk Dan jangan pula bayangkan pasar yang kotor dan becek. HEy, ini Eropa. Semuanya bersih. Konon katanya, Swiss adalah negeri terbersih di tanah Eropa sana. yaa itu kan konon, aku percaya saja mengingat belum menginjak negara yang lain. Negara terakhir yang bersihnya keterlaluan yang pernah kukunjungi adalah Singapura. Konon pula katanya Singapura itu memang disebut Swiis-nya Asia. Oke catat, aku bahkan baru tau lho istilah itu dari sebuah buku The Geography of Bliss karangan Eric Weiner.

Lanjut lagi mengenai pasar tradisional tadi. Apa saja yang dijual? mayoritas adalah coklat dan keju segar, murni, asli. Bayangkan melihat keju-kejuu batangan mulai dari porsi kecil sampai besar dihampar begitu saja. Para pencinta keju akan ngiler abis-abisan. Aku beruntung tidak termasuk kaum itu. namun aku kagum jajaran keju yang ada di sana. Di Indonesia aku mengenal keju dalam kemasan dengan komposisi gizi lengkap di kemasannya. Saat itu aku justru melihat balok-balok keju berwarna kuning pucat dijajakan di pinggir jalan terbuka, dengan udarayang super dingin. tidak perlu takut akan meleleh karena winter itu kulkas alam

Tapi jangan langsung kalap menyerbu pasar ini, karena harganya lebih mahal daripada harga coklat dan keju di toko, swalayan maupun supermarket.  KAta pemanduku dari KBRI, barang yang dijual di sini adalah hasil ladang mereka. Petani di sini makmur dan sejahtera. Mereka menjual hasil ladang itu dengan harga tinggi di pasar tradisional. sementara di toko-toko relatif lebih murah. Tetapi kenapa tetap ramai? Karena barangnya masih segar dan murni. Oke, kuurungkan untuk berbelanja di pasar sini. Kalau beli yang murni-murni untuk oleh-oleh, barangkali saat pesawatku meninggalkan Zurich, semua coklat akan lumer dan keju akan berbau menyengat karena tidak berada pada suhu seharusnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar